Akan ada banyak hal disini nantinya. Mulai dari pengalaman pribadi, humor sehari-hari, berita-berita yang cukup menyita perhatian, tips dan triks yang mungkin bermanfaat bagi anda, dll…. Intinya, semoga di blog ini bisa dijadikan sarana saling mengenal, berbagi pengalaman dan informasi ataupun hanya sekedar untuk mampir sejenak....


Thks 4 visitting my blog!!

Maret 09, 2010

The Flying Dutchman, Antara Nyata dan Tidak


Ketika disodori nama The Flying Dutchman, kebanyakan anak-anak langsung mengaitkan dengan serial kartun yang cukup populer yaitu Spongebob Squarepants. Sebagian yang lain, terutama orang dewasa, mengenalnya lewat trilogi layar lebar Pirates of the Carribean. Disini kita akan coba ulas mengenai apakah benar legenda itu ada? Sebetulnya dari mana asalnya legenda Flying Dutchman? Mengapa kapal hantu ini (menurut legenda) terus mengarungi lautan tanpa kenal lelah? Dan apakah betul kapten dari Flying Dutchman menjadi biang keladi yang membuat seluruh penghuni kapal itu gentayangan? Selamat menikmati…..

 

Sejarah Mitos dan Legenda

Catatan sejarah ternyata memuat banyak versi cerita dari Flying Dutchman. Salah satu yang tertua adalah kisah mengenai para pelaut belanda yang sangat ambisius dalam menaklukan lautan. Pada abad 1500-1600, jauh sebelum inggris memiliki armada laut yang kuat, Belanda dikenal sebagai penakluk lautan. Disebutkan bahwa kapten Van Straaten adalah kapten yang teladan dan giat dalam mengarungi laut serta samudra, dan bersedia untuk mempertaruhkan segalanya demi menjadi kapten terkuat . Namun karena keserakahan dan keangkuhannya maka Van straaten dihukum oleh alam untuk hidup selamanya di atas kapal tanpa bisa berlabuh ke dermaga!! Kabarnya kapal miliknya yang dinamai The Flying Dutchman sering berkeliaran di daerah Cape of Good Hope dibagian selatan Afrika. Dalam mitos setempat, kapal hantu Van Straaten dapat menularkan kutukan. Alhasil, para nelayan maupun pelaut dianjurkan untuk mengubah haluan jika mereka berpapasan dengan kapal milik Van Straaten.

 

Lebih lanjut lagi, pada tahun 1821 ditemukan catatan tertulis pertama mengenai kisah Flying Dutchman. Dalam salah satu edisi Blackwood's Magazine yang terbit pada bulan mei di tahun tersebut, diceritakan bahwa sebuah armada laut Belanda dikutuk karena telah menantang alam . Hendrik Van Der Decken merupakan kapten dari armada itu. Cikal bakal terjadinya tragedi kutukan ini adalah ambisi Van Der Decken untuk menyelesaikan misi menemukan Cape of Good Hope. Namun sedikit berbeda dengan mitos tua Flying Dutchman, Blackwood's Magazine menjabarkan lebih banyak detail mengenai perjalanan sang kapten. 7 tahun setelah misi diberikan, Van Der Decken belum juga menemukan Cape of Good Hope. Walaupun para awak kapal sudah merasa putus asa, Namun karena sang kapten mempunyai sifat yang sangat tegas maka tidak ada seorangpun yang berani menentang keinginannya. Sampai suatu malam Van Der Decken berhasil menemukan letak Cape of Good Hope dengan bantuan teleskop. Namun untuk mencapainya maka ia harus melewati badai yang menghadang di depannya. Karena merasa kesal akhirnya Van Der Decken mengumpat pada angin kencang yang menghadangnya.

 

Tidak lama setelah itu sebuah kapal kecil berpapasan dengan kapal Van Der Decken, dan nelayan di kapal kecil tersebut memperingati sang kapten untuk tidak meneruskan perjalanan malam itu. Bukannya mematuhi atau setidaknya menghormati saran si nelayan, Van Der Decken malah kembali mengumpat bahwa ia lebih memilih dikutuk untuk berlayar selamanya sampai hari kiamat tiba dari pada harus kalah dari alam. Seketika itu pula, betapapun sekerasnya usaha Van Der Decken namun ia beserta awak kapalnya tidak pernah dapat menemukan dermaga untuk berlabuh. Beberapa kisah menyebutkan bahwa Van Der Decken sebenarnya tidak dikutuk dan bahkan ia hampir berhasil berlabuh. Tetapi sayangnya semua awak kapalnya terkena wabah pes sehingga mereka tidak dapat diperbolehkan untuk berlabuh karena takut akan menularkan penyakit itu pada penduduk kota. Karena tidak mendapatkan pertolongan, seluruh awak kapalnya beserta sang kapten akhirnya meninggal dalam pelayaran di tengah lautan. Rasa sakit hati membuat mereka menjadi arwah penasaran yang terus mengarungi lautan dengan kapal hantunya. Versi lai mencatat bahwa terjadi pembunuhan sadis dikapal Van Der Decken yang memakan korban seluruh penghuninya!!

 

Beberapa catatan sejarah jadul lainnya mengatakan bahwa seorang kapten belanda bernama Bernard Fokke disinyalir menjadi kapten Flying Dutchman lainnya. Fokke juga digambarkan sebagai kapten yang sangat piawai dalam mengarungi lautan. Dikisahkan bahwa Fokke dapat berlayar dari Holland sampai ke pulau Jawa hanya dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini sangat mengherankan banyak pihak karena pada masa itu, kapal tercepat saja butuh waktu cukup lama untuk mencapai Jawa. Kepiwaiannya tersebut kemudian dicurigai oleh banyak orang bahwa Fokke sebetulnya bekerja sama dengan para iblis sehingga kapalnya dapat berlayar cepat.

 

Penampakan The Flying Dutchman

Apapun Versi ceritanya, The Flying Dutchman tetap dikenal sebagai kapal hantu yang sangat menyeramkan. Kisah mengenai Flying Dutchman juga dilengkapi dengan beberapa catatan penampakan. Salah satu yang paling terkenal adalah catatan dari Prince George of Wales yang kemudian dikenal sebagai King George V of United Kingdom. Catatan yang dibuat pada kisaran abad 1900-2000 tersebut mengatakan bahwa Prince George yang tengah berlayar dengan adiknya, Prince Albert Victor of Wales, melihat sebuah kapal aneh didekat perairan Australia. Dari atas Bacchante, kapal yang dinaiki George, 13 orang juga mengaku melihat sebuah kapal yang diselimuti kabut aneh pada saat subuh. Tidak hanya suram, kapal yang disinyalir sebagai The Flying Dutchman tersebut diliputi kilauan aura berwarna merah darah!! Namun karena tebalnya kabut yang terjadi, seluruh awak kapal aneh tersebut tidak terlihat jelas. Karena penasaran maka Prince George memerintahkan beberapa awak kapalnya untuk mendekati kapal tadi dengan memakai sekoci, namun mereka tidak berhasil menemukan siapapun. Dan dalam sekejap kapal aneh itu hilang ditelan kabut, padahal harusnya kapal sebesar itu masih dapat dilihat teleskop dalam jarak 200 yard!!

 

Mitos Cinta Sang Kapten

Lalu bagaimana dengan kisah Davy Jones, kapten Flying Dutchman dalam Pirates of Carribean yang ternyata memiliki tragedi cinta dengan dewi laut bernama Calypso? Apakah kisah tersebut hanya karangan sang pencipta film belaka? Tidak sepenuhnya betul, tapi juga tidak seluruhnya salah. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pengarang-pengarang dunia yang mengadaptasi legenda Flying Dutchman. Oleh karena itu versi dalam kapal hantu tersebut semakin beragam. Pada tahun 1980-an, seorang pengarang sekaligus aktivis lakon drama bernama Fitzball ikut mengadaptasi kisah Flying Dutchman. Untuk membuat kisah drama buatannya semakin dramatis maka disisipkan cerita bahwa sang kapten kapal menaruh cinta untuk seorang wanita yang pernah menolongnya. Tetapi akibat kutukan untuk berlayar selamanya, sang kapten akhirnya hanya memiliki kesempatan untuk menemui sang kekasih setiap 7 tahun sekali.

 

Beberapa saksi penampakan The Flying Dutchman

1823 Kapten Oweb dari kapal HMS Leven; dua kali melihat kapal kosong yang terombang ambing di tengah samudera, salah satunya mungkin the Flying Dutchman.

1835 Sebuah kapal Inggris sempat melihat The Flying Dutchman yang melaju kencang ke arahnya tapi setelah dekat menghilang begitu saja.

1879 Beberapa awak kapal SS Petrogia sempat melihat kapal hantu tersebut.

1881 3 awak kapal HMS Baccante yang di dalamnya terdapat King George V melihatnya. Keesokan harinya seornag awak yang sempat melihat tiba2 mati secara mendadak.

1939 Terlihat di Mulkenzenberg, membuat orang2 yang melihatnya bingung karena tiba2 saja kapal tua itu menghilang begitu saja.

1941 Terdapat laporan dari Pantai Glenclaim tentang sebuah kapal tua yang menabrak karang. Setelah diselidiki tak ada sedikitpun bangkai kapal di sekitarnya.

1942 Terlihat oleh kapal MHS Jubille di dekat Cape Town, Afrika selatan.

Menurut cerita dongeng, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus mengarungi "tujuh lautan" selamanya. Flying Dutchman selalu terlihat dari jauh, kadang-kadang disinari dengan cahaya hantu.

Januari 25, 2010

Gereja Gothic Sayiddan

Sayidan…. Sepintas bila kita mendengar kata tersebut akan terlintas dipikiran kita sebuah daerah di Yogykarta yang terkenal dengan jembatannya, atau mungkin bagi warga non Yogyakarta mengidentikkan Sayidan dengan Grup Band Shaggydog. Well, pada dasarnya Sayidan adalah sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Keraton Yogyakarta berjarak sekitar  800 meter-an. Memang daerah tersebut terkenal dengan landmark-nya yaitu sebuah jembatan.

Bila kita mengamati lebih cermat lagi dari atas jembatan tersebut, sebelah selatan tepatnya, samar-samar akan terlihat sebuah bangunan kuno yang berarsitekturkan gaya Eropa kuno. Yups.. bangunan tersebut adalah sebuah gereja kuno yang sudah tidak difungsikan lagi. Bangunan ini lebih dikenal dengan nama Gereja Gothic. Penamaan ini berkaitan dengan bentuk bangunan yang terkesan menyeramkan dan berbau mistis.

Adalah seorang pengusaha bernama Haryono, pendiri Ullen Sentalu, sebuah perusahaan batik pada jamannya. Ullen Sentalu sendiri merupakan sebuah akronim “Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku” yang kurang lebih bahasa Indonesianya Pelita Hidup Bagi Perjalanan Manusia, agak susah juga untuk mengartikan kalimat tersebut. Dinamakan demikian karena museum ini memang didirikan agar bisa menjadi “pelita” agar masyarakat Jawa tak melupakan begitu saja sejarahnya yang kaya. Museum ini didirikan di tahun 1980-an oleh Yayasan Ulating Blencong, sebuah yayasan yang bertujuan untuk melestarikan tradisi sekaligus merekam sejarah keraton di solo dan Yogya.

Kembali ke Gereja Gothic yang akan kita bahas. Pasti para pembaca agak bingung untuk menyimpulkan hubungan antara perusahaan batik dengan Gereja Sayidan. Pada dasarnya, pada pintu depan gereja tersebut terpampang tulisan Ullen Sentalu yang memang dulunya sang pemilik gereja adalah Keluarga Haryono. Satu hal lagi, Ullen Sentalu juga punya sebuah museum batik yang terletak di Jalan Kaliurang.

Bagi warga sekitar Sayidan, gereja yang sudah tidak digunakan lagi itu tampak seperti bangunan biasa saja. Tidak ada yang berkesan spesial dengan bangunan tersebut. Bagi seorang pemerhati struktur bangunan atau arsitektur akan menganggap bangunan tersebut memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Lain halnya dengan orang-orang yang telah mendengar cerita lain dibalik bangunan itu, mereka bisa jadi menafsirkan berbeda dengan melihatnya.

Menurut cerita yang penulis dengar, bangunan ini berdiri pada jaman Hindia Belanda. Terlihat dari arsitekturnya yang bergaya Eropa kuno. Karena di sana terdapat musim salju, maka sebagian besar bangunan di Eropa dibuat tinggi dan berdinding tebal. Sama halnya dengan Gereja Gothic yang ada di Sayiddan ini.

Sumber diambil dari :

Kaskus

Tutinonka

Wisata Sejarah